Ketua Prodi Pendidikan Bahasa Inggris FKIP UNISKA Jadi Narasumber dalam Webinar Nasional Integrasi AI dalam ELT dan Terjemahan

Webinar Nasional bertema Integrating AI in ELT and Translation: Opportunities and Challenges

Bapak Fitra Ramadani, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Islam Kalimantan (UNISKA), terpilih sebagai salah satu narasumber dalam Webinar Nasional bertema Integrating AI in ELT and Translation: Opportunities and Challenges. Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi antara Asosiasi Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Indonesia (APSPBI) wilayah Kalimantan Selatan dan Himpunan Penerjemah Indonesia (HPI) Kalimantan Selatan.

Webinar ini diadakan dengan tujuan untuk mendiskusikan bagaimana kecerdasan buatan (AI) dapat dimanfaatkan dalam pengajaran bahasa Inggris (ELT) dan bidang penerjemahan. Perkembangan pesat teknologi AI menghadirkan berbagai peluang baru, namun juga menimbulkan tantangan yang harus dihadapi oleh para praktisi dan pendidik bahasa.

Sebagai narasumber, Bapak Fitra Ramadani memberikan wawasan mendalam mengenai pemanfaatan AI dalam pengajaran bahasa Inggris, khususnya dalam memfasilitasi pembelajaran yang lebih adaptif dan personal. Ia menyampaikan bahwa integrasi AI dalam pendidikan bahasa memberikan kesempatan besar untuk memperkaya metode pengajaran serta meningkatkan keterlibatan siswa.

Dalam paparannya, Fitra menekankan pentingnya peran guru sebagai fasilitator yang memahami bagaimana AI dapat diintegrasikan secara efektif dalam proses belajar mengajar. “AI bukan untuk menggantikan peran guru, melainkan mendukung mereka dalam memberikan pembelajaran yang lebih terarah dan berbasis data,” ujarnya. Ia juga menguraikan beberapa aplikasi AI yang kini mulai banyak digunakan, seperti platform pembelajaran berbasis AI dan alat-alat penerjemahan otomatis.

Webinar ini juga dihadiri oleh berbagai narasumber lain yang membahas aspek penerjemahan menggunakan teknologi AI. Salah satu tantangan utama yang diungkapkan dalam diskusi adalah bagaimana AI dapat menghasilkan terjemahan yang akurat, namun tetap membutuhkan sentuhan manusia untuk menangani nuansa bahasa, konteks budaya, dan interpretasi yang lebih kompleks.

Bapak Fitra Ramadani juga menjelaskan beberapa tantangan yang muncul dengan adanya teknologi AI dalam pendidikan bahasa, seperti potensi ketergantungan pada teknologi dan hilangnya kemampuan kritis siswa dalam memahami materi secara mendalam. “Siswa mungkin cenderung bergantung pada AI untuk menjawab pertanyaan tanpa benar-benar memahami konsep di baliknya. Ini adalah tantangan yang harus kita tangani secara hati-hati,” tambahnya.

Selain membahas peluang dan tantangan, webinar ini juga menggarisbawahi pentingnya pelatihan dan pengembangan kompetensi bagi para guru dan penerjemah agar mampu mengikuti perkembangan teknologi. Bapak Fitra mengajak para peserta untuk terbuka terhadap inovasi dan terus belajar agar dapat beradaptasi dengan perubahan di era digital ini.

Kolaborasi antara APSPBI Kalsel dan HPI Kalimantan Selatan dalam menyelenggarakan webinar ini menjadi bukti nyata komitmen kedua organisasi untuk memperkuat kapasitas akademisi dan praktisi bahasa dalam menghadapi era teknologi. Kegiatan ini juga diharapkan dapat membuka dialog lebih lanjut mengenai bagaimana AI dapat dioptimalkan dalam pendidikan dan penerjemahan.

Webinar yang diikuti oleh ratusan peserta dari berbagai wilayah Indonesia ini berlangsung interaktif, dengan sesi tanya jawab yang dipenuhi antusiasme. Para peserta, baik dosen, guru, maupun penerjemah profesional, mengajukan berbagai pertanyaan seputar penerapan AI dalam kelas bahasa serta tantangan etika dan teknis dalam penggunaan alat terjemahan berbasis AI.

Salah satu peserta, seorang guru bahasa Inggris dari Banjarmasin, menyatakan bahwa kegiatan ini sangat membuka wawasan tentang pentingnya beradaptasi dengan perkembangan teknologi. “Saya jadi lebih paham bagaimana AI bisa digunakan dalam pembelajaran, tapi juga sadar betapa pentingnya menjaga keseimbangan antara teknologi dan keterlibatan langsung dengan siswa,” tuturnya.

Bapak Fitra Ramadani berharap bahwa diskusi-diskusi semacam ini dapat terus dilanjutkan, tidak hanya dalam skala webinar, tetapi juga dalam bentuk pelatihan dan lokakarya yang lebih praktis. Menurutnya, pemanfaatan AI dalam pengajaran bahasa dan penerjemahan masih berada di tahap awal, dan banyak peluang yang bisa dieksplorasi lebih jauh.

Sebagai penutup, Bapak Fitra memberikan motivasi kepada para peserta untuk selalu mengikuti perkembangan teknologi dalam pendidikan dan profesi mereka. Ia menekankan bahwa AI hanyalah alat, dan kesuksesan dalam pendidikan tetap bergantung pada kemampuan manusia untuk menggunakan teknologi tersebut secara bijaksana.

Dengan keterlibatan aktif akademisi dan praktisi seperti Bapak Fitra Ramadani, perkembangan integrasi AI dalam dunia pendidikan bahasa Inggris diharapkan akan terus meningkat. Kegiatan ini juga semakin memperkuat posisi FKIP UNISKA sebagai salah satu institusi yang aktif dalam mengembangkan dan menerapkan inovasi di bidang pendidikan. Webinar Nasional ini tidak hanya membuka wawasan para peserta tentang AI, tetapi juga menjadi ajang kolaborasi penting antara akademisi dan praktisi penerjemahan untuk menghadapi tantangan dan peluang di masa depan.

Tinggalkan sebuah komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.