
Tim Pengabdian dari Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari (UNISKA MAB) Banjarmasin sukses menggelar workshop bertema Couple Counseling yang berfokus pada nilai-nilai filosofi adat pernikahan suku Banjar. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesiapan menikah sebagai salah satu upaya preventif dalam menurunkan angka perceraian. Workshop yang diadakan selama dua hari di Jelita Hotel Banjarmasin ini merupakan bagian dari implementasi Program Hibah Pengabdian Masyarakat dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI).
Workshop ini menghadirkan para pakar di bidang Bimbingan dan Konseling, antara lain Ibu Ainun Heiriyah, M.Pd., Kons., Ibu Eka Sri Handayani, M.Psi., Psikolog., Ibu Sri Ayatina Hayati, M.Pd., serta Bapak Dr. Jarkawi, M.M.Pd. Keempat narasumber ini memberikan materi yang mendalam tentang pentingnya kesiapan mental, emosional, dan budaya dalam menjalani kehidupan pernikahan, dengan mengintegrasikan nilai-nilai adat suku Banjar yang kaya akan makna filosofis.
Kegiatan ini juga melibatkan berbagai instansi dari Kantor Urusan Agama (KUA) se-Banjarmasin, yang diharapkan mampu mengadopsi pendekatan berbasis budaya lokal dalam memberikan layanan konseling pernikahan. Dengan pendekatan berbasis adat Banjar, diharapkan pasangan-pasangan yang akan menikah dapat memiliki kesiapan yang lebih baik dalam menghadapi berbagai dinamika kehidupan rumah tangga, sehingga angka perceraian dapat diminimalisir.
Antusiasme peserta terlihat jelas selama pelaksanaan workshop. Mereka mengapresiasi bagaimana pendekatan filosofis adat Banjar ini diaplikasikan dalam konteks konseling pernikahan, yang dinilai relevan dengan budaya dan nilai-nilai lokal masyarakat.
Para peserta yang hadir mendapatkan wawasan mendalam tentang peran budaya lokal dalam membangun fondasi pernikahan yang kokoh. Ibu Ainun Heiriyah, M.Pd., Kons., salah satu narasumber utama, menekankan pentingnya mengenal dan menghormati nilai-nilai adat dalam kehidupan pernikahan. “Adat Banjar memiliki filosofi mendalam tentang peran suami dan istri dalam rumah tangga, yang jika dipahami dengan baik, dapat memperkuat ikatan emosional dan komitmen pasangan,” jelasnya.
Selain itu, Ibu Eka Sri Handayani, M.Psi., Psikolog., menguraikan aspek psikologis dalam kesiapan menikah, terutama dalam mengelola harapan dan komunikasi antara pasangan. Menurutnya, pemahaman tentang budaya tidak hanya membantu dalam menyiapkan pernikahan, tetapi juga dalam menghadapi tantangan yang mungkin muncul di kemudian hari. “Konseling berbasis budaya seperti ini dapat menjadi jembatan antara nilai-nilai tradisional dan pendekatan modern dalam hubungan suami istri,” ungkapnya.
Pada hari kedua, kegiatan lebih interaktif dengan sesi simulasi konseling pernikahan yang dipandu oleh Ibu Sri Ayatina Hayati, M.Pd., dan Bapak Dr. Jarkawi, M.M.Pd. Simulasi ini bertujuan untuk melatih calon konselor dalam mengaplikasikan metode konseling berbasis adat Banjar di lapangan. Peserta diminta untuk melakukan role-play sebagai pasangan yang sedang menghadapi masalah, dengan para dosen memberikan evaluasi dan saran praktis mengenai pendekatan yang tepat.
Kegiatan ini diakhiri dengan penyerahan sertifikat kepada para peserta yang dinilai aktif dan berpartisipasi dalam diskusi serta simulasi. Pihak KUA Banjarmasin juga menyampaikan apresiasi atas kerja sama yang telah terjalin dengan UNISKA MAB dalam upaya meningkatkan kualitas konseling pranikah melalui nilai-nilai budaya lokal. “Kami berharap workshop ini menjadi langkah awal bagi kolaborasi yang lebih luas dalam memberikan layanan konseling berbasis kearifan lokal yang lebih efektif,” ujar salah satu perwakilan KUA.
Dengan keberhasilan workshop ini, Tim Pengabdian Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP UNISKA MAB Banjarmasin berharap kegiatan serupa dapat dilanjutkan di berbagai daerah, guna memperkuat kesiapan pasangan dalam menjalani pernikahan dan mencegah perceraian di masyarakat.